Pernah atau sering dengan kutipan semisal, “bantu teman dengan membeli barangnya”, yang ternyata kutipan ini, untuk sebagian orang, hanya angin lalu. Toh juga pada akhirnya lebih memilih “murah”. Dibanding “bantu teman” yang “meh” sekedar lewat.
Saya jadi ingat case saat dulu di MM. Case dengan tema social business oleh Muhammad Yunus. Apa sih itu? Singkatnya case tersebut mengeksplorasi bahwa bisnis mempunyai tanggung jawab sosial dimana tanggung jawab ini bisa dipetik dikemudian hari. Paper dalam bentuk pdf dari social business nya Muhammad Yunus “Grameen Bank” ini bertebaran dan bisa dipelajari.
Social bisnis ini mencakup juga peran “filantropi” dari pelaku bisnis tersebut, di mana hasil lain dari kedermawanan nya akan berbuah pada pengembangan bisnis nya sendiri. Jangka panjang dan butuh kesabaran tingkat sultan. Bisnis utama tetap ada, sembari menjalankan social bisnis tersebut.
Dari case ini, menjadikan ladang amal sebagai social bisnis juga bisa di sambilkan. Tidak perlu menjadi besar dahulu untuk bisa terus memupuk amal ini. Mulai dari ketika usaha merintis, sisihkan untuk kegiatan sosial yang mana dampaknya bisa dipetik. Sepertinya sudah banyak perusahaan besar yang telah lama berdiri di Indonesia yang mempraktekan hal ini dengan nama SCR. Walau sebenarnya tujuannya sedikit berbeda.
Lalu apa maksud dari bantu teman di paragraf awal? Sama sama social bisnis. Selama masih mutualisme, kenapa tidak? Bisa jadi teman yang kita beli produk/dagangan/jasa nya saat itu membutuhkan untuk keperluan ataupun suatu saat di masa depan nanti ada timbal balik yang bisa dirasakan pada turunan kita.
Jadi, mari coba berpikir luas dan panjang. Sekarang dan seterusnya 🙂