Pernah tidak kepikiran bahwa kondisi saat ini adalah hasil dari keputusan keputusan di masa lampau? Bukan hanya kemarin, tapi 10-20 tahun yang lalu.
Waktu itu sepertinya hari Senin. Kami datang saat upacara hendak mulai. mengikuti upacara terpisah dari barisan murid lain. wajar karena murid baru.
Setelah selesai, kami mencari ruang kelas 4. Kelas 4 ini dibagi jadi dua ruangan, kelas 4 A dan 4 B. Bapak memilih menunggu di ruangan kelas 4 B. Disitu ada pagar pendek yang bisa kami duduki sembari menunggu wali kelas datang.
“Mau yang mana kamu? yang itu apa yang ini?” Sambil menunjuk kelas 4 A di kanan saya dan kelas 4 B di kiri secara berurutan. Kelas 4 A saat itu berada di pojokan ruangan. tidak memiliki teras seperti kelas 4 B. Dan lantainya pun seingat saya ada sebagian yang rusak dibagian pintu masuk.
Belum saja memutuskan, karena pun juga tidak tau mana yang bagus, bapak sudah menjatuhkan pilihannya “Yang ini saja ya (kelas 4 B), tuh lihat ada yang naikin kaki di atas meja” sambil menunjuk ke anak yang duduk di bangku depan pada kelas 4 A yang sambil menaikan kakinya di meja 🙈
Kami bukan dari latar keluarga yang benar-benar ketat dalam aturan perilaku, tapi urusan ini, Ibu tanpa kompromi. Harus bener, sopan dan santun. Yang keputusan Bapak dibuat pun berdasarkan standar ini.
Dan juga, kelas 4 B ini lebih terasa luas. Ada teras, ruang kelas lega dan terang. Ternyata wali kelas nya pun baik! Ibu Fatmawati.
The rest are history.
Dari sini ketemu temen, temen ketemu bapak, bapaknya temen punya koneksi ke sekolah di Ma’had, berangkat sekolah ke Ma’had dan berakhir bertemu kamu.